Bapa.......
Iya itu panggilan saya ke ayah saya, minggu lalu Bapa saya meninggal dunia karena sakit jantung yang di derita nya. Sakit Jantung nya sudah terdeteksi sejak 6 bulan yang lalu dan proses perbaikannya tidak signifikan. Pertama karena Bapa saya keras kepala sehingga gaya hidup nya masih seperti sebelum sakit, masih rajin merokok dan rajin minum kopi. Kalau di kasih tau selalu di bilang "Ah...yang ga ngerokok juga mati"
Terlepas dari itu kondisi jantung nya memang sudah sangat buruk, tidak ada harapan untuk dapat hidup normal lagi, 2 hari sebelum hari kematian nya adalah moment yang sejujurnya saya tidak mau lalui. Saya selalu berharap saat kematian Bapa datang saya masih ada di Jakarta dan tidak menyaksikan penderitaan nya. Tetapi Tuhan berkata lain, entah kenapa dan entah ada makna apa di balik ini semua. Saat Anfal saya sedang ada di rumah orang tua saya, saya yang mengantar nya ke Rumah Sakit dalam keadaaan tersengal-sengal, saya yang menuntun nya masuk UGD, dan saya yang tanda tangan untuk semua tindakan di rumah sakit itu.
Ya......kenapa harus saya, anak perempuan nomor 2, yang kata saudara-saudara saya di bilang anak kesayangan. Mungkin mereka merasa Bapa selalu memuji-muji saya di depan anak-anak yang lain, dan mereka agak cemburu dengan itu. Anyway.....1 Jam di UGD dan 2 hari di ICU akhir nya berujung dengan keputusan membawa nya ke ruangan VIP, Ruangan yang nyaman selayak nya hotel. Dokter menyerahkan semua keputusan pada keluarga, kami pun membawa Bapa keluar dari ruang ICU yang hawa nya sangat-sangat mengerikan, belum lagi peralatan-peralatan mengerikan yang menempel di tubuh Bapa saya.
Saat itu jam 2 siang Pindah ke ruangan VIP dengan semua sanak saudara kami mendampingi Bapa di prosesi sakaratul maut nya, Subhanalloh......rasa 3 hari itu sungguh campur aduk, sedih, ikhlas, takut, tak berdaya, kasihan semua berkecambuk menjadi 1. Hanya mamah yang hari itu tegar, kami semua meleleh ssambil tak henti-hentinya mengaji mem3gang tangan Bapa, mengusap-ngusap kepala nya, kaki nya. mengucapkan "lailahailalloh" di telinga nya. Sampai akhirnya dia menghembuskan nafas yang terakhir, sedih.,,,perih rasa nya, seperti ada yg hilang dalam tubuh ini, tapi di sisi lain saya merasa lega Bapa tidak lagi kesakitan seperti beberapa bulan ini. Alloh lebih sayang sama Bapa dan kami semua mendampingi mengiringi kepergiannya semoga itu bisa membahagiakan dia.
Sesampainya di rumah Jenazah di mandikan, tamu-tamu berdatangan malam hari bahkan sampai ke esokan pagi nya. Bapa ternyata menyimpan banyak kenangan baik di hati warga sekitar, saudara-saudara nya bahkan rekan kerja nya dulu. Alhamdulilah.....beliau meniggal dengan tenang, di doakan oleh kerabat yang lumayan banyak, di antar ke liang lahat oleh banyak sekali orang.
Semoga Bapa di lapangkan kuburnya, di bukakan pintu maaf, di berikan nikmat kubur. Sampai ketemu lagi Pa di akhirat kelak. (24 Nov 2015 - 17.35)
Iya itu panggilan saya ke ayah saya, minggu lalu Bapa saya meninggal dunia karena sakit jantung yang di derita nya. Sakit Jantung nya sudah terdeteksi sejak 6 bulan yang lalu dan proses perbaikannya tidak signifikan. Pertama karena Bapa saya keras kepala sehingga gaya hidup nya masih seperti sebelum sakit, masih rajin merokok dan rajin minum kopi. Kalau di kasih tau selalu di bilang "Ah...yang ga ngerokok juga mati"
Terlepas dari itu kondisi jantung nya memang sudah sangat buruk, tidak ada harapan untuk dapat hidup normal lagi, 2 hari sebelum hari kematian nya adalah moment yang sejujurnya saya tidak mau lalui. Saya selalu berharap saat kematian Bapa datang saya masih ada di Jakarta dan tidak menyaksikan penderitaan nya. Tetapi Tuhan berkata lain, entah kenapa dan entah ada makna apa di balik ini semua. Saat Anfal saya sedang ada di rumah orang tua saya, saya yang mengantar nya ke Rumah Sakit dalam keadaaan tersengal-sengal, saya yang menuntun nya masuk UGD, dan saya yang tanda tangan untuk semua tindakan di rumah sakit itu.
Ya......kenapa harus saya, anak perempuan nomor 2, yang kata saudara-saudara saya di bilang anak kesayangan. Mungkin mereka merasa Bapa selalu memuji-muji saya di depan anak-anak yang lain, dan mereka agak cemburu dengan itu. Anyway.....1 Jam di UGD dan 2 hari di ICU akhir nya berujung dengan keputusan membawa nya ke ruangan VIP, Ruangan yang nyaman selayak nya hotel. Dokter menyerahkan semua keputusan pada keluarga, kami pun membawa Bapa keluar dari ruang ICU yang hawa nya sangat-sangat mengerikan, belum lagi peralatan-peralatan mengerikan yang menempel di tubuh Bapa saya.
Saat itu jam 2 siang Pindah ke ruangan VIP dengan semua sanak saudara kami mendampingi Bapa di prosesi sakaratul maut nya, Subhanalloh......rasa 3 hari itu sungguh campur aduk, sedih, ikhlas, takut, tak berdaya, kasihan semua berkecambuk menjadi 1. Hanya mamah yang hari itu tegar, kami semua meleleh ssambil tak henti-hentinya mengaji mem3gang tangan Bapa, mengusap-ngusap kepala nya, kaki nya. mengucapkan "lailahailalloh" di telinga nya. Sampai akhirnya dia menghembuskan nafas yang terakhir, sedih.,,,perih rasa nya, seperti ada yg hilang dalam tubuh ini, tapi di sisi lain saya merasa lega Bapa tidak lagi kesakitan seperti beberapa bulan ini. Alloh lebih sayang sama Bapa dan kami semua mendampingi mengiringi kepergiannya semoga itu bisa membahagiakan dia.
Sesampainya di rumah Jenazah di mandikan, tamu-tamu berdatangan malam hari bahkan sampai ke esokan pagi nya. Bapa ternyata menyimpan banyak kenangan baik di hati warga sekitar, saudara-saudara nya bahkan rekan kerja nya dulu. Alhamdulilah.....beliau meniggal dengan tenang, di doakan oleh kerabat yang lumayan banyak, di antar ke liang lahat oleh banyak sekali orang.
Semoga Bapa di lapangkan kuburnya, di bukakan pintu maaf, di berikan nikmat kubur. Sampai ketemu lagi Pa di akhirat kelak. (24 Nov 2015 - 17.35)
Advertisement